Sebutir air ikut mengucur dari sebuah
slang air di tangan seorang tukang kebun. Ia merasa dirinya seperti kekuatan
raksasa yang mampu mematahkan ranting ringkih dan dedaunan kering di kebun yang
gersang, karena musim kemarau yang sangat panjang.
Tetapi, setelah slang itu terserak
kembali sendiri dan menempel di sehelai daun mawar yang masih menghijau.
Sebutir air itu menjadi oase kecil yang amat cantik di mata seorang
pelukis yang sedang memindahkan keindahan mawar itu ke atas kanvasnya yang dipesan oleh istana untuk dihadiahkan kepada tamu negara. Dan butir air itu pun terpindahkan gambarnya menjadi puncak pesona di dalam sebuah lukisan yang membuat semua orang takjub kepada kemolekannya.
pelukis yang sedang memindahkan keindahan mawar itu ke atas kanvasnya yang dipesan oleh istana untuk dihadiahkan kepada tamu negara. Dan butir air itu pun terpindahkan gambarnya menjadi puncak pesona di dalam sebuah lukisan yang membuat semua orang takjub kepada kemolekannya.
Sampai akhirnya, tetesan air itu
merasa dirinya melayang-layang oleh bahagia. Karena meskipun hanya setetes dan
tidak lagi terkumpul sebagai sebuah kekuatan ia masih bisa memberikan arti.
Lalu, butir air itu berpikir bahwa seandainya ia tidak terpercik sendirian ke
atas dedaunan, tetapi tetap berkumpul dalam sebuah kungangan air, ia mungkin
hanya menjadi tempat tetas nyamuk berdarah. Jadi, alhamdulillah kesendirian punya
arti yang tak kecil bila disyukuri.
No comments:
Post a Comment