Tuesday 30 July 2013

Pengakuan yang Tidak Berguna


Sesungguhnya pengakuan adanya Allah tidak bermanfaat bagi kaum musyrikin yang berbuat kesyirikan dalam ibadah dan juga hal itu tidak menyelamatkan diri mereka sedikitpun dari adzab Allah. Sedangkan kesyirikan mereka dalam ibadah adalah I’tikad (keyakinan) bahwa para sesumbahan tersebut dapat memberikan kemudharatan dan kemanfaatan, mendekatkan diri mereka kepada Allah dan memberi syafa’at kepada mereka di hadapan Allah. Sehingga mereka mereka melakukan penyembelihan, thawaf, bernadzar dengan nadzar-nadzar untuk sesembahannya, berdiri menghinakan dan merendahkan diri mereka dalam berkhidmat dan bersujud kepada sesembahan tersebut, padahal mereka mengakui tauhid Rububiyah-nya Allah dan mengakui bahwa Allah adalah sebagai Pencipta, akan tetapi mereka menyekutukan Allah dalam ibadah. Sehingga Allah menjadikan mereka sebagai kaum musyrikin dan tidak dianggap mukmin dengan pengakuan mereka tersebut, karena mereka telah meniadakan amalannya dengan perbuatan itu. 

Kalau demikian maka pengakuan meraka terhadap Tauhid Rububiyyah tidak bermanfaat bagi mereka, karena keharusan orang yang mengakui (Rububiyah) Allah subhanahu wa ta’ala adalah meng-Esakan Allah dalam tauhid Ibadah (uluhiyah). Jika tidak melakukan hal itu, maka pengakuannya tersebut tidak berguna (batil). 

Hal itu mereka ketahui ketika berada di dasar Neraka lalu berkata: 
”Demi Allah, sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, karena kita mempersamakan kamu dengan Rabb semesta alam”. (Asy-Syu’ara’:97-98). 

Padahal mereka tidak mempersamakan para sesembahan selain Allah dengan Allah subhanahu wa ta’ala dari semua sisi dan tidak menjadikan mereka (sesembahan selain allah tsb) sebagai para pencipta dan para pemberi rizki, akan tetapi mereka akhirnya mengetahui di dasar neraka bahwa amalan mereka yaitu mencampur adukkan pengakuan (iman) mereka dengan noda-noda kesyirikan dalam Tauhid Ibadah yang menhjadikan mereka seperti orang yang mempersamakan patung berhala dengan Rabb manusia. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: 
“dan sebagian besar dari meraka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)”.(Yusuf: 106). 

Yaitu kebanyakan dari mereka tidak mengakui dalam persaksian meraka, bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi akan tetapi mereka termasuk orang musyrik dengan menyembah para berhala. 

Bahkan Allah menamakan riya (menampakakan ketaatan dengan maksud mendapatkan pujian dan gelar dari manuisa) dalam menjalankan ketaatan sebagai kesyirikan, padahal pelaku ketaatan tersebut hanya menyengajakan (ketataannya) untuk Allah, akan tetapi dia pun menginginkan (dengan ketaatan itu) satu kedudukan di hati manusia. Pelaku riya’ ini menyembah Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak menyembah selainNya, akan tetapi ia telah mencampurkan ibadahnya tersebut dengan keinginan mendapatkan ke dudukan di hati manusia. Maka karena hal itulah Allah tidak menerima ibadahnya dan menamakan keta’atannya tersebut sebagai kesyirikan. Sebagaimana yang dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim dari hadits Abu Hurairah radhiyalahu ‘anhu, beliau berkata: 
“Telah berkata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam: Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:”Aku terkaya dari para sekutu yang dijadikan kesyirikan, barangsiapa yang beramal dengan satu amalan yang Aku dipersekutukan dengan selain-Ku, maka Aku tinggalkan dia dengan kesyirikannya”. (HR. Muslim, dan Ibnu Majah). 

No comments:

Post a Comment